Saksikanlah sejarah bercerita, bahwa di tahun 1966 Tritura (Tiga Tuntutan Rakyat), digelorakan oleh anak-anak muda berbadan tegap dan berhati mulia sehingga menyebabkan Presiden Soekarno harus turun dari takhtanya. Saksikanlah pula, di tahun 1998, seorang Presiden yang telah memerintah negeri ini selama kurang lebih 32 tahun, harus bertekuk lutut di hadapan anak-anak muda yang berbadan tegap dan bermental baja  itu karena menyerah pada tuntuan reformasi yang mereka gelontorkan. Saksikanlah pula, pada tahun ini UU BHP yang menjadi momok bagi pendidikan di Indonesia,dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi, berkat perjuangan anak-anak muda yang berbadan tegap serta berpikiran cerdas itu. Mereka adalah Mahasiswa, Agent of Change.

Menyandang gelar Agent of Change memang bukan perkara yang mudah. Berbagai kewajiban dan kegiatan harus dilakukan mahasiswa sebagai konsekuensi dari gelar yang disandangnya. Sesuai dengan prinsip Tri-Dharma Perguruan tinggi, yaitu Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,mahasiswa harus mampu mengombinasikan ketiga kewajiban mulianya tersebut menjadi kontribusi nyata dan positif bagi bangsa dan negara ini.Namun demikian, salah satu aspek terpenting dan masih sering dilupakan oleh kita semua adalah pengabdian masyarakat, padahal seharusnya pengabdian masyarakat menjadi pelabuhan dan aplikasi langsung dari ilmu-ilmu yang telah kita pelajari selama di bangku perkuliahan.

Untuk melengkapi peran kita sebagai mahasiswa yang termaktub dalam Tri-Dharma Perguruan Tinggi, ada banyak bentuk pengabdian kepada masyarakat yang bisa kita lakukan,salah satunya  adalah program pemberdayaan masyarakat atau yang biasa kita sebut Community Development. Menurut Artur Durham,seorang pakar Community Development,Community Development merupakan “usaha-usaha yang terorganisasi yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat, dan memberdayakan masyarakat untuk mampu bersatu dan mengarahkan diri sendiri. Pembangunan masyarakat bekerja terutama melalui peningkatan dari organisasi-organisasi swadaya dan usaha-usaha bersama dari individu-individu di dalam masyarakat, akan tetapi biasanya dengan bantuan teknis baik dari pemerintah maupun organisasi-organisasi sukarela.” Ada 4 unsur dalam mengembangkan program pemberdayaan masyarakat ini,yaitu :

1. Program terencana yang berfokus pada penyelesaian masalah dan kebutuhan dari masyarakat tersebut

2. Bantuan secara teknis,artinya Mahasiswa membantu masyarakat,terjun lansung dan membantu masyarakat dalam pelaksanaan program ini

3. Mengintegrasi dan menyatukan berbagai spesialisasi dan disiplin ilmu untuk membatu masyarakat

4. Menekankan kepada kemandirian dan partisipasi dari seluruh elemen masyarakat.

Menurut Chamber,Community Development memiliki asas yakni people-centered, participatory, empowering, and sustainable. Keempat asas ini memiliki pengertian bahwa Community Development adalah sebuah program yang bertujuan untuk membangun kemandirian masyarakat dengan partisipasi dan kerja keras masyarakat itu sendiri, sedangkan mahasiswa disni berperan sebagai fasilitator saja dan menjadi penguat program tersebut.Jadi yang harus ditekankan adalah, masyarakatlah  yang akan membangun dirinya sendiri dengan bantuan pihak-pihak lain seperti mahasiswa,bukan masyarakat yang terus-menerus disuapi oleh pihak lain,apabila hal yang demikian terjadi,niscaya cita-cita kemandirian untuk masyarakat tidak akan pernah terwujud karena hal ini justru akan membuat masyarakat semakin malas untuk berusaha.

Program pemberdayaan masyarakat ini  bisa bergerak di ranah ekonomi, sosial, kesehatan dan juga pendidikan, contohnya, Mahasiswa membuat sebuah program bimbingan belajar gratis untuk membantu anak-anak di sebuah daerah agar dapat  melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, atau contoh lainnya, Mahasiswa bersama dengan warga setempat, membagun koperasi tani yang bertujuan untuk membantu petani dalam hal pembiayaan dan pengembangan usaha mereka sehingga taraf hidup dan tingkat kesejahteraan petani di daerah tersebut meningkat. Community Development atau Program pemberdayaan masyarakat menjadi salah satu alternatif dalam hal komitmen dan kontribusi nyata serta pengabdian  Mahasiswa kepada Masyarakat sesuai yang termaktub dalam asas Tri-Dharma Perguruan Tinggi.

Hidup Mahasiswa ! Hidup Rakyat Indonesia !


Isu tentang daya saing saat ini menjadi salah satu topik hangat yang sering diangkat dalam menenetukan seberapa maju perekonomian suatu bangsa.Dilihat dari perspektif persaingan internasional, daya saing didefinisikan sebagai “ Kemampuan memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen dalam konteks persaingan internasional, sementara masyarakat kita   menikmati standar hidup yang tinggi dan berkelanjutan” (Tyson,1992). Dari pemahaman ini, jelaslah bahwa konsepsi daya saing amat menjurus kepada persaingan internasional, namun demikian tetap tidak meninggalkan konsep kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan  untuk masyarakatnya.Sementara itu, menurut World Economy Forum dalam Global Competitiveness Report 2010, Daya Saing adalah “sebuah kombinasi atau hubungan antara institusi, kebijakan dan faktor yang menentukan tingkat produktivitas dari suatu negara”. Dari penjelasan ini terlihat bahwa,tingkat produktivitas pada gilirannya akan menentukan tingkat kesejahteraan yang akan didapat oleh suatu perekonomian.Dengan kata lain,semakin kompetitif suatu perekonomian,maka semakin tinggi kesempatan untuk menciptakan pendapatan yang lebih besar untuk masyarakat.

Daya saing biasanya diukur melalui indikator dan parameter yang mencerminkan posisi relatif suatu Negara,industry,atau perusahaan dibandingkan dengan yang lainnya.Beberapa indikator dapat kita temui dalam Global Competitiveness Report (GCR) oleh World Economi Forum (WEF). Parameter dan indicator dari GCR adalah kualitas kebijakan,kelembagaan dan karakteristik ekonomi lain seperti Infrastruktur dan birokrasi yang mampu menopang pertumbuhan ekonomi. Dalam GCR 2010 Indonesia berada di posisi 54 dari 133 negara. Posisi ini masih sedikit lebih baik ketimbang Negara ASEAN lainnya seperti Vietnam (75),Kamboja (110) dan Philipina(87), namun tetap masih jauh dibawah Thailand (36), Malaysia (24) dan Singapura (3). Hal ini memprihatinkan karena negeri ini sudah 65 tahun merdeka,namun posisi negeri ini masih dibawah Negara-negara tetangga kita, ini menunjukkan bahwa pekerjaan besar dibutuhkan untuk mempercepat dan mengakselerasi pembenahan daya saing nasional.

Menurut GCR beberapa faktor penting untuk meningkatkan daya saing nasional adalah Institusi/ kelembagaan,dan  Infrastruktur. Indonesia masih sangat bermasalah untuk hal ini,untuk Institusi Indonesia ada di peringkat 58 dan Infrastruktur di posisi 84.Tantangan terberat yang dihadapi bangsa ini adalah masalah Infrastruktur yang tidak mencukupi  dan Birokrasi yang tidak Efisien . Pembangunan infrastruktur belakangan ini amat tidak memadai, contohnya pembagunan jalan raya dan pelabuhan. Pembagunan kedua hal ini amat penting karena arus transportasi amat penting untuk kelancaran transaksi  barang dan jasa,yang  akan mengurangi biaya transportasi dan secara tidak langsung meningktan daya saing Indonesia.

Masalah lainnya adalah birokrasi. Birokrasi yang tidak efisien menjadi momok yang amat menakutkan bagi investor, terutama investor asing karena hal ini akan mengahambat kinerja mereka dan keuntungan mereka selama beroperasi di Indonesia. Peran institusi/kelembagaan menjadi amat vital dalam  menciptakan keunggulan daya saing. Suatu system ekonomi akan efisien tergantung kepada kualitas lembaga yang mengatur system ekonominya.Kualitas itu terlihat dari kualitas kebijakan publik, kecepatan dan ketepatan pelayanan, profesionalitas dan inovasi yang dilakukan tiap-tiap lembaga.

Pembuatan kebijakan ekonomi Indonesia tidak hanya dilakukan oleh satu entitas saja.Perumusan kebijakan untuk menciptakan produk-produk terbaik membutuhkan proses yang kompleks dan melibatkan banyak unit dalam sebuah organisasi.Oleh karena itu, koordinasi dan kerja sama antar lembaga amat diperlukan untuk menjamin perumusan,implementasi dan control atas industry.Contohnya, Kementrian Tenaga Kerja dan Kementrian Perindustrian berkoordinasi dalam menyiapkan tenaga kerja yang sesuai dengan permintaan pasar.Kementrian Tenaga Kerja bisa menyiapkan kualifikasi tenaga kerja yang mereka miliki, dan Kementrian Perindustrian membutuhkan tenaga kerja seusai dengan kualifikasi Kementrian Tenaga Kerja. Dengan demikian, kemampuan untuk mengoordinir berbagai lembaga dan elemen sangat dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing nasional.

Biodata :

Nama : Prasidya Ilvan Yahdi

NPM : 0806465301

Universitas: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Organisasi : Wakil Ketua Tim Desa Binaan BEM FE UI

Alamat : jln. Sawo Kecik no. 10 Rt 05/06 Bukit Duri, Tebet, Jakarta-selatan.

Tak’kan Bicara

Posted: Agustus 1, 2010 in Uncategorized

Jikalau Langit malam itu tak pernah melarangku
Aku pun tak akan pernah berkata-kata pada mu

Karena malam ini mungkin nasib kita akan ditentukan
Aku yang akan bersenandung menatap Rindu
dan kau yang melagukan senandung syahdu

Mungkin kita tak pernah bicara,
atau mungkin ta’kan pernah

Tapi diantara dua malam ini,dan
diantara tepian senja

Matamu dan Mataku tak kan terpisah,
walau kita tak pernah tau
walau kita takkan bicara…


Saudara-Saudara sebangsa dan setanah air yang saya hormati. Sebuah kejutan besar dan juga ironi yang luar biasa lagi-lagi di telurkan oleh Anggota Dewan yang telah dipilih langsung oleh “kita”. Dengan Bangganya mereka mengumumkan akan membangun gedung DPR baru yang terletak di belakang gedung DPR yang lama. Anggaranya sebesar 1,8 Triliun.Bayangkan, apabila saat ini ada 560 orang anggota DPR, berarti jika dirata-rata, biaya untuk membangun satu ruangan Anggota DPR mencapai 3,3 Miliar. Wow !! Sebuah angka yang fantastis tapi juga mengindikasikan “kesakitan” anggota dewan.

Mereka beralasan bahwa gedung yang mereka tempati saat ini sudah tidak layak pakai lagi karena sudah miring 7 derajat.
Namun, Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum, Sumaryanto Widayatin, menegaskan, dalam laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Permukiman Kementerian PU tidak ada laporan mengenai kemiringan Gedung Nusantara I DPR.

“Dengan ketinggian gedung 99 meter, apabila terjadi kemiringan 7 derajat, maka (gedung) akan mengalami simpangan (miring) 8 meter. Itu pasti terlihat jelas,” kata Sumaryanto Widayatin,Senin (3/5/2010) di Jakarta.

Luar biasa sekali kawan, Lucu sekaligus Bangga ! entah perasaan apa yang merasuk ke dalam diri ini, Lucu karena ternyata tudingan bahwa gedung itu miring dan harus diganti gedung baru, hanyalah isapan jempol dan bualan semata anggota dewan, sementara itu, bangga karena saya memiliki “wakil” yang dapat menikmati mewahnya fasilitas gedung baru yang tidak bisa dimiliki semua orang,dan tidak memikirkan nasib rakyat di luar sana.

Mari kita berandai-andai kawan, apabila uang sebanyak itu dialokasikan untuk membangun sekolah rusak yang ada di indonesia, maka uang sebesar itu cukup untuk membangun 12000 sekolah baru. 12000 sekolah baru yang akan menghasilkan para pahlawan-pahlawan dan pejuang muda bangsa, bukan menghasilkan “curut-curut” busuk yang berdiam di gedung mewah berlantai 36 yang akan segera dibangun tersebut.
Lucunya lagi, menurut Panja (Panitia Kerja) Pembagunan Gedung , tiap-tiap anggota DPR akan menempati ruangan seluas 80 meter persegi, padahal idealnya adalah 130 meter persegi.

” Hei, anda mau kerja atau main bola sih ??”

Hahaha ! Apa itu cinta ?

Posted: Juli 1, 2010 in Uncategorized
Pernahkah kau dengar tentang Cinta ?
Cinta adalah asa yang merasuk,,
mencerna akal dan mimpimu,,
Pernahkah kau dengar tentang Cinta?
Ia adalah warna,,
Warna-warna cerah yang memabukkan
hari-hari mu yang tanpa nafsu
Pernahkah kau dengar tentang Cinta?
Ia adalah Roh,,
ya,Roh yang ada dalam tubuhmu !!
Pernahkah kau dengar tentang Cinta ?
Ia laksana Aurora
yang bersinar terang di tengah dinginnya Kutub yang tanpa makna
Kudengar cinta itu buta ?
Tapi tak pernah sekali pun kupercaya,
karena ia memberi cahaya
Pernahkan kau dengar tentang Cinta ?
Ia membuatmu dungu !!
Karena kau tetap memujanya
Walau di balik sayap putihnya,
terselip pedang yang siap menebas batang lehermu !!

Nah,,kalau ini aku percaya

Seonggok Tulisan Malam

Posted: Juli 1, 2010 in Uncategorized
Aku suka tenggelam dalam buku,,
dan pula pada kalimat-kalimat filsuf
nietzsche,engels,marx, bahkan hegel
tapi
aku lebih suka tenggelam dalam celupanMu
Terus tenggelam dan tenggelam
Takkan mengambang..

Duhai Rindu

Posted: Juni 30, 2010 in Uncategorized
Duhai Rindu

Tahukah dikau bahwa lelaki yang terpasung disana adalah diriku
Sadarkah engkau bahwa aku terhempas ganasnya sapuan gelombang samudra
Sudahkah kau tengok gelapnya dunia karena wajahmu tak berpendar semestinya
Pahamkah dikau jikalau bulan pun iri akan keindahan dirimu,duhai rindu

Kala duka beranjak gembira,
Kala durja berganti bahagia,
Kala derita beralaskan cinta,

Tak rasa luka walau menganga,
Tak nampak hampa walau papa,

Duhai rindu, sekuntum bunga keabadian ku persembahkan kepadamu
Abadi terpatri di  dalam kalbu
Walau siang berganti malam,
Kala malam beranjak muram…

Romansa Masa SMA

Posted: Juni 30, 2010 in Uncategorized
Romansa Masa SMA

Tuk,,tuk,,tuk,,jarum penunjuk waktu di depan kelas rasanya amat lamban berputar. Padahal sudah ku pantenginsejak tadi,tapi tetap saja, tak ada perubahan. Kembali ku gelisah, rasanya badan ini sudah panas dan enggan untuk duduk di kursi kayu yang tampak baru ini. Kuperhatikan sekeliling kelas, mencari teman yang senasib-sepenanggungan, percuma, tak kudapati apa-apa, sunyi ,tak terdengar suara sedikitpun, bahkan dengkuran Oji yang saban hari menggelegar di kelas pun, kini tak terdengar walau barang sekejap. Semuanya tampak memperhatikan dia. Seorang lelaki paruh baya, berbaju biru layaknya pegawai negeri, berperawakan sedang dan mempunyai beberapa helai rambut di kepalanya. Dengan suara lantang yang membahana layaknya singa afrika, dan karisma yang luar biasa layaknya Adolf Hitler, pada siang hari terik itu, ia telah berhasil menghipnotis teman-temanku dengan notasi-notasi fisikanya dan beberapa “keajaiban-keajaiban” alam dan dunia yang berasal dari fisika.

“ Kalian tahu kenapa negara israel bisa maju seperti sekarang,,? “ Ia bertanya dengan logat bataknya yang begitu kental.

“Tau pak !” jawab seorang anak yang duduk di kursi paling depan.Dia Roni, ketua kelas.

“Iya,roni,apa jawabannya ?”tanya bapak itu semangat.

“TAKDIR, Pak !” Jawab Roni, dengan “culunnya”.

Tak pelak jawaban “mbanyol” dari Roni tadi mengundang gelak tawa dari seluruh “penghuni” kelas yang sedari tadi diam bak kuburan.

“Roni,,terimakasih untuk jawabannya, nanti bapak tunggu di kantor sehabis pulang ya” dengan wajah merah padam, bak api olimpiade, bapak paruh baya itu berkata.

“Oke anak-anak,kita lupakan “banyolan” roni yang barusan.Tahukah kalian bahwa sebagian besar presiden israel adalah seorang fisikawan, jadi wajar apabila negara tersebut bisa berkembang seperti sekarang. Nah Roni, sebelum kamu meninggalkan kelas, coba kamu buka kerjakan soal no 13.”Kata bapak paruh baya itu.

“Tapi Pak,,”sergah Roni.

“Sudah jangan banyak “cing-cong”..ayo maju..! SEKARANG !” Bentaknya, masih dengan logat bataknya yang khas.

Tak pelak hal itu membuat suasana kelas menjadi tambah semrawut dan biang keladinya lagi-lagi Roni, Sang Ketua Kelas. Tapi,riuh rendah suara tawa siang itu, belum juga dapat menarik perhatianku, yang masih lesu dan tak bersemangat mengikuti pelajaran hari ini.

Pria paruh baya di depan kelas tadi adalah Pak Amir, panjanganya Amirudin Pandjaitan, seorang guru senior yang mengajar Fisika di sekolah kami. Beliau ditakuti dan juga disegani oleh murid-murid,namun tidak demikian halnya dengan ku, aku mengaggap dia adalah seorang Ilmuwan besar peraih Nobel Fisika tahun 1963 yang “terdampar dan nyasar” menjadi guru di sekolah ini.Aku begitu mengaguminya.

Namun,tidak hari ini. Lima helai rambut yang menutupi kepala Pak Amir bukan lagi menjadi sumber inspirasi ku.
Kini pandanganku beralih. Kira-kira empat puluh lima derajat dari tempatku berdiam, tepat di belakang seorang wanita berperawakan besar yang apabila ia tertawa, maka terdiamlah seluruh kelas, persis di samping seorang “akhwat” berkerudung ungu yang suka menundukkan kepala ketika berbincang dengan lelaki, duduklah seorang wanita berperawakan sedang, dengan tinggi kira-kira 165 cm, rambut tergerai tak nampak begitu panjang, dengan kemilau cahaya matahari menimpa rambutnya seolah-olah ia sedang berjemur di pantai, serta rona kemerah-merahan di kedua belah pipinya, ditambah dua bola mata sayu yang bersinar dan tak lupa sebaris gigi indah tersusun rapi berbalut senyum khas Indonesia,
Aihhh…ia nampak seperti Zakiah Nurmala dalam film Sang Pemimpi.

“Kupandangi ia,tampak begitu menawan,

tak kupandangi dia, tak kuat ku menahan godaan”.

Mungkin itulah kata-kata yang tepat menggambarkan perasaan ku.Aihh,,nikmat benar rasanya memandang wajahnya yang rupawan, walaupun aku tak yakin ia pernah memandangi wajahku yang tak kalah rupawan ini(menurut Ibuku begitu..hehehe).

“Andini,coba kamu kerjakan soal nomer 13 yang tadi Roni kerjakan itu. Payah kamu Roni,soal seperti itu saja kamu tidak bisa, gimana bisa lulus UAN kamu..Ya sudah,Ayo Andini, coba diselesaikan soal nya.” Intonasi suara Pak Amir nampak turun drastis begitu menyebutkan nama “Andini” dan naik seketika ketika menyebutkan nama “Roni”.

Dengan segera, bidadari itu bangkit dari kursinya dan berjalan perlahan menuju papan tulis. Lamat-lamat kupandangi dirinya itu. Andini namanya, Andini DwiHapsari nama lengkapnya.Derap-derap langkah kakinya ketika menginjakkan bumi bak tuts piano yang dimainkan oleh Ludwig Van Beethoven ketika ia merangkai baris-baris nada menjadi Simphoni No.9 yang melegenda itu. Dengan cepat diselesaikannya soal no.13 yang tadi terbengkalai oleh Roni.

Tentunya pujian mengalir deras ke pada Andini dan Roni,si anak “culun” yang sok tahu itu harus pasrah akan nasib tragis yang akan diterimanya setelah bel sekolah berbunyi.

“KRIIIIIIIIIINGGGGGGG” Bel telah berbunyi, waktu menandakan pulu 14.30 dan saatnya untuk pulang, saatnya bebas, menikmati secangkir kopi ditambah beberapa singkong goreng buatan mama memang paling yahud untuk di santap, dan aku sudah tak sabar untuk melahapnya.

Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku untuk menyapa Andini,untuk yang pertama kalinya dalam hidupku, saat ini. Seluruh tubuhku merasa tegang, jantungku berdegup dengan kencang, ketika aku menyusun rencana untuk menyapanya,mengucakan kata “Hai” untuk yang pertama kalinya.Terbersit tiga Grand skenario untuk menyapa Andini.

Skenario satu, dengan tampang yang cool, bibir yang sedikt dimajukan, dada di busungkan, dan derap langkah yang pasti, aku berjalan mengikuti andini keluar kelas dan mengikutinya sampai ia menengok kebelakang dan menoleh kearahku, dengan seketika aku berkata “Hai dini” tak lupa melempar bibir busukku dan menggantikannya dengan sejumput senyuman manis.Dan pastinya ia akan membalas sapaanku “Hai Wisnu”..hehehhe

Skenario Kedua, Aku berjalan bak orang buta yang tak tau arah, lalu dengan sengaja aku menubruknya ketika ia berjalan keluar kelas. Dengan sigap aku menangkap tubuhnya yang nyaris limbung dan mata kami saling bertatapan dan dengan pedenya aku berkata “ Hai Dini”. Hahaaha,,skenario yang sempurna.

Skenario Ketiga, Aku keluarkan seluruh isi tasku, mulai dari buku fisika yang berat sampai kertas ulangan yang lebih layak disebut kertas gorengan. Lalu,isi tas tersebut ku bawa di depan tubuhku dan ketika aku melihat dini keluar kelas, dengan sengaja aku menubruk halus badanny, pastinya buku-buku ku dan Andini akan tumpah dan berserakan. Pada saat itulah ketika aku berusaha mencari bukuku, dengan sengaja aku menyentuh tangan dini dan berkata dengan sangat lembut, “ Hai Dini,,kamu gak papa?” Wihhii,,skenario ini sangat elegan dan sempurna.Tak Sabar aku melakukannya.

“KRIINGGGG” bel sekolah terus berdering dan membuyarkan lamunan skenario jenius ku, lekas-lekas aku bersiap untuk melakukan skenario ketiga.Seluruh buku aku keluarkan dari tas dan dengan jantung yang mau copot, kuberanikan diri bangkit dari tempat dudukku, namun ketika ku tengok ia di tempat duduknya,ia sudah tak nampak,ternyata ia sudah pergi duluan ke luar kelas.

Panik-panik !! tak tahu apa yang harus kuperbuat, kutinggalkan buku yang telah kugendong ,di meja dan dengan segera aku berlari keluar kelas dan mencarinya. Sayang seribu sayang, tak kudapati batang hidungnya sedikitpun,,sambil menghela napas panjang tanda kepasrahan terdalam kepada Ilahi,aku membalikkan badan untuk mengambil tas dikelas. Saat ku membalikkan badan, dari belakang terdengar suara lembut

“ Hai, Wisnu..”

Serta sebuah SENYUMAN MENAWAN KHAS INDONESIA

Balada Resah Adinda

Posted: Juni 26, 2010 in Uncategorized

Muram nian malam yang cerah ini,rasa-rasanya seluruh penduduk malam enggan untuk menunjukkan batang hidungnya. Begitu pun dengan Adinda,seorang anak petani miskin berusia 10 tahun yang tinggal di sebuah gubuk kecil di dusun Tegalrejo bersama Ibu dan 2 orang adik kecilnya.

Malam ini bertepatan dengan hari ke-40 Ayahnya tercinta.Pak Darso , meninggal. Di usia nya yang ke 45, Pak Darso meninggalkan istri dan ketiga anak-anaknya yang masih kecil sendirian mengarungi ganasnya rimba kehidupan.

Tepat 40 hari yang lalu, dada kurus Adinda seolah tersengat jutaan ton listrik tatkala mendengar ayah yang selalu menceritakan dongeng sebelum ia dan adiknya tidur itu telah tiada.Ya,Pak Darso, telah tiada. Tapi tak ada yang lebih menyakitkan tatkala menyaksikan bahwa Ayah tercintanya itu meniggal karena di bakar oleh massa kampungnya sendiri.Matanya menerawang…

Malam itu Seperti biasa , Pak Darso menceritakan dongeng kepada anak-anaknya sebelum ia tidur, malam ini dongengnya tentang Maling Kundang, kisah seorang anak yang durhaka kepada ibunya. Tatkala Pak Darso selesai membaca dongeng,ternyata anak-anaknya sudah tertidur lelap.Di cium lembut kening ketiga buah hatinya itu seraya berdoa untuk kebaikan mereka,malam itu ia berniat untuk mengkatamkan Al-Qur’an, sejauh ini ia masih membaca dan mengkaji surah Ar-Rahman. Namun tiba-tiba “Prang !!!”, terdengar suara benda keras menghantam kaca depan rumahnya,spontan ia berlari kearah sumber suara, yang didapatinya adalah sebuah batu besar yang menghantam kaca jendela rumahnya. “Astagfirullah”pekiknya dalam hati.Tak sampai di situ kekagetannya, secara tiba-tiba muncullah puluhan orang yang membawa obor dengan pakaian hitam,laki-laki dan perempuan, sambil berteriak “Bunuh teroris itu, Bakar dia, bakar rumahnya”. Pak Darso kaget bukan kepalang, tapi ia masih bertindak tenang, ia mengenali beberapa orang yang berkumpuldi depan rumahnya, salah satunya Pak Puji, tetangganya.Tak pelak, suara ribut dan gaduh itu sampai juga ke telinga Bu Lastri,istrinya dan ketiga anaknya. Bergegas mereka menuju sumber suara sembari bertanya dalam hati, “ada apa gerangan”.

“ Ada apa ribut-ribut bapak-bapak ibu-ibu?” pekik Pak Darso di hadapan puluhan orang yang mengepung rumahnya.

“Pak Darso, cepat tinggalkan kampung ini, atau kami akan bakar bapak hidup-hidup !!” teriak salah satu orang pengepung itu.Dengan sedikit meraba, Pak Darso meyakini bahwa yang berbicara tadi adalah Pak Puji, tetangga sebelah rumahnya.

“Ada apa ini? Apa salah saya?Saya tak mengerti maksud kalian? Sungguh !”

“Sudah Darso, jangan mengelak lagi, kami tahu, kamu adalah TERORIS. Kampung ini tidak menerima teroris , cepat pergi atau kamu akan kami bakar !!” teriak Pak Puji.

“Astagfirullah, teganya kalian memfitnah saya !” bela Pak Darso.

“Kami tahu, kamu adalah antek-anteknya gembong teroris nomor Wahid Nurdin M. Top, dan kemarin kami melihat kamu bertemu dengannya dan kamu juga telah mengajarkan faham islam yang tidak benar kepada anak-anak kami.” Teriak pak Puji lagi.

“ Tapi…” potong Pak Puji. Belum selesai ia berbicara, puluha orang itu telah menyeretnya dan membopongnya ke lapangan sepak bola di kampung itu. Malam itu adalah malam penghakiman untuk seorang TERORIS.

Apa yang terjadi sungguh di luar nalar manusia. Nampaknya orang-orang yang membawa Pak Darso telah mengalami trance atau kesurupan. Mereka bertindak sudah tidak layaknya manusia. Mereka menyeret Pak Darso di tanah dan sesampainya di lapangan, mereka menyiramkan minyak tanah di sekujur tubuh pak Darso.

Tak ada yang bisa Pak Darso lakukan, kecuali menjerit dan berteriak seraya bermunajat lirih dalam hati,” Ya Allah !!! ada apa ini”. Di belakangnya menyaksikan dengan penuh pilu anak-anak dan istri Pak Darso, mereka menjerit histeris melihat pemimpin mereka diperlakuakn layaknya binatang .

Akirnya tibalah saat yang paling memilukan pada malam itu, Pak Puji mengeluarkan sekotak korek api kayu dan mulai menyalakannya , dengan perlahan ia melemparkan 3 batang korek api ke sekujur tubuh ringkih Pak Darso.

Api membumbung tinggi, malam itu adalah malam penghakiman bagi seorang manusia yang di sangka teroris Malam itu seorang anak manusia diperlakukan layaknya ayam yang terkena virus flu burung.Dibakar. Bau singit daging manusia menyeruak di kegelapan malam. Memilukan hati, megoyak jiwa, merobek nurani.

Tubuh Pak Darso menggelenjing kepanasan,ia berguling kesana-kemari untuk memadamkan api di sekujur tubuhnya. Tapi percuma, Api telah terlanjur memakan dirinya. Selang 3 menit kemudian, tubuh Pak Darso tidak lagi bergerak. Ia diam. Api ciptaan Tuhan nya telah menhanguskan dirinya dan membawanya pergi dari dunia yang fana ini.

Orang-orang yang tengah kesurupan itu seketika diam, mereka terpaku memandangi tubuh gosong Pak Darso, dan mereka tidak mengeluarkan satu patah kata pun. Tak jelas mengapa, nampaknya mereka mulai menyadari apa yang telah mereka perbuat, sekejap kemudian mereka membubarkan diri dan hilang dalam pekatnya malam itu.

Adinda mematung. Ia menyaksiakn dengan mata kepalanya sendiri betapa kejamnya manusia. Ia menjadi saksi dari kematian orang yang amat dicintainya. Sementara itu, Bu Lastri dengan menggendong Santi dan Sinta, anak kembarnya yang berusia 11 bulan, berlari menuju tubuh suaminya
yang telah gosong sambil berteriak histeris.

“Abi !!!! Abi !!! Abi !!!……Abi !!! Abi !!! bangun Abi ,,apa salahmu Abi? Apa salahmu?” Pekik Histeris Bu lastri memecah keheningan malam itu di tambah jerit menyayat hati dari dua bayi mungil Sinta dan Santi
Adinda masih terdiam. Ia bingung. Ia bingung dengan semua yang terjadi. Yang ada di pikirannya adalah saat dimana ayahnya membacakan dongeng Malin Kundang untuk dirinya dan kedua adiknya serta saat dimana ayahnya mencium hangat kening Adinda dan adiknya. Ia tak percaya kalau Orang yang selalu menjadi tempat bersandar dan mengeluh serta bercengkrama dan bercanda ini telah tiada. Ia tak percaya kalau Abi tercintanya telah meninggalkan ia selamanya. “Siapa yang akan membacakan dongeng untuk Dinda,Sinta dan Santi?”” Siapa yang akan mencium kening Dinda sebelum tidur?” “Siapa yang akan menceritakan kisah-kisah Nabi kepada Dinda?” “Siapa yang mengajari Dinda mengaji?” Pikiran-pikiran itu terus membayang di benak Adinda. Tak terasa, sebulir air mata menetes di pipinya.Air mata itu tersa sangat berat untuk menyusuri halusnya pipi Dinda. Di susul air mata- air mata berikutnya. Kini pipi Adinda telah di banjiri Air mata.

“ Dinda…kamu kenapa sayang?”tanya Bundanya.

“ Eh,,gak papa bunda, tadi mata Dinda kemasukan debu.hehehe”Jawab Dinda seraya menyeka air matanya.

“Kamu rindu sama Abi ya?” tanya Bundanya.

“Sedikit Bunda, tapi udah gak lagi kok. Bunda, aku pergi ke dapur dulu ya. Kayaknya nasinya udah mateng tuh.heheh”Jawab Adinda seraya berlari ke dapur.

Bundanya menyadari bahwa, anak perempuannya itu masih merindukan Abinya. Tak terasa sebulir air mata membasahi pipipnya. Namun dengan segera ia menyeka air mata cinta tersebut.

************

Malam ini adalah malam ke- 40 kepergian Pak Darso. Rencanaya mereka akan mengadakan pengajian di gubuk kecil mereka. Sedari pagi, Bu Lastri sudah repot berbelanja ke pasar untuk menyiapkan makanan berkat untuk para undangan yang hadir.

“Din, nitip Sinta sama Santi dulu ya..Bunda mau belanja ke pasar.Buat 40 harian Abi mu. Yah..” Kata Bu Lastri.

“Siap Bunda ! Sinta sama Santi aman di tangan Dinda,,Dinda akan ngemong Sinta dan Santi dengan baik.hehehe” kata Dinda tegas sembari tertawa.

Malam harinya,acara40 harian Pak Darso dimulai. Undangan yang hadir cukup banyak, sampai-sampai para undangan duduk di luar gubuk yang ditempati Adinda. Malam itu sungguh syahdu, lantunan ayat-ayat Al-Qur’an di lantukan, Doa yang teramat khusyuk di sematkan kepada Almarhum. Pada pukul 21.00 acara selesai. Bu Lastri dengan dibantu oleh bebrapa undangan membersihkan rumah.

************

“Bunda,,kenapa Abi di bakar orang?” tanya Dinda kepada Bundanya ketika akan beranjak ke peraduan setelah selesai merapihkan jamuan.

Bundanya kaget bukan kepalang. “Eh,,,kenapa Dinda tanya hal itu sayang?” tanya Bundanya balik kepada Buah Hatinya itu.

“Dinda bingung Bunda, Abi kan orang baik, tapi kenapa dia di bakar sama orang. Apa salah Abi Bunda?”
desak Adinda.

“Sayang…” patah-patah Bundanya menjawab.

“Abi kamu itu orang baik.Dia orang yang soleh,,tapi banyak orang yang fitnah dia.Sayang,ini tanda cinta Allah untuk Abi.”jawab Bundanya.

“Kok bisa Bunda…? kalau Allah sayang kenapa Abi dibakar? Abi kasian Bunda!! Enggak Ada lagi yang bacain dongeng buat Dinda. Enggak ada lagi yang cium kening Dinda saat Dinda tidur. Gak ada lagi yang……” Belum selesai Dinda berbicara, Bundanya langsung mendekap dan memeluknya. Dinda pun menangis sesunggukan. Kali ini dia tidak berbohong pada ibunya. Dia menangis bukan karena ada debu yang hinggap di matanya, tapi karena kerinduaan dirinya yang teramat mendalam kepada Ayah yang amat di cintainya itu.Di umurnya yang kesepuluh, Dinda telah mengalami cobaan berat.

“Sayang….Allah sayang sama Abi dan Dinda, itulah cara Allah meningkatkan derajat hambanya yang shaleh. Dinda,,Bunda yakin, Abi kamu sekarang sedang bahagia di alam baka sana. Beliau akan selalu tersenyum kepada kita. Dinda,,Abi kamu sebenarnya tidak pernah pergi. Dia selalu ada sini” Kata Bundanya sembari menunjuk dadanya.

“Sayang, yakinlah bahwa Allah itu selalu memberi yang terbaik kepada hambanya. Apalagi kamu anak yang shaleh. Dinda Sayang,Abi kamu akan selalu bersama kita,dia akan abadi di hati kita. Ia punya tempat tersendiri di hati kamu yang suci itu sayang.Ia ada disana. Makanya, setiap shalat kamu berdoa ya sama Allah supaya Abi kamu bahagia di sana,, ya sayang.” Ujar Bundanya bijak.

“Bunda….”Ujar Adinda.

“Iya sayang…”toleh Bunda.

“Bunda,,semalam aku mimpi bertemu Abi. Abi mukanya sangat cerah,beliau tersenyum Bunda. Katanya, salam buat Bunda sama adek-adek” Ujar Dinda.

“Dinda…sayang…”Bunda Adinda tak dapat melanjutkan kata-katanya. Tak terasa air mata wanita suci itu membasahi pipi dan bajunya.Kali ini Bunda tidak dapat menahan perasaan yang bergemuruh dihatinya. Sebenarnya sedari tadi ia ingin menumpahkan lelehan air matanya. Tapi selalu bisa ditahan. Namun kali ini rasanya aur mata itu sendiri yang keluar dari mata lentiknya.Terasa kerinduan yang amat mendalam kepada laki-laki yang amat dicintainya itu. Didekapnya Adinda semakin erat.

“Dinda..sampaikan ke Abi, Waalaikum salam. Salam sayang dari Bunda ya” kata Bunda sembari sesunggukan.

“Iya Bunda, kata Abi, beliau janji mau ketemu Bunda dan Dinda setiap malam dan mau ngajak Dinda main dan bacain dongeng lagi buat Dinda”Seulas senyum terlihat dari bibir mungil Adinda.Anak berusia 10 tahun yang begitu tegar ditinggal Abi tercintanya.

“Iya Sayang…nanti malam Bunda juga mau ketemu sama Abi…”ujar Bundanya menahan isak tangis.
“Bunda..aku ngantuk..aku mau buru-buru ketemu Abi, Bunda..kita tidur yuk” Kata Dinda sembari tersenyum simpul,walaupun masih bercucuran air mata dari mata mungilnya. Kali ini Adinda menagis merindukan Abinya, bermain bersama Abinya dan juga mencium kening Abinya.

Malam itu keluarga kecil yangt telah ditinggal pergi Sinar kehidupannya menagis. Menangis untuk bersyukur kepada Penciptanya atas segala Rahmat dan kasih sayang yang telah dilimpahkan kepada keluarga mereka.

Secercah cahaya menerangi kesucian interaksi anak dan Ibu di malam itu. Malam itu seulas senyum terpancar dari bibir mungil Adinda. Ia bertekad nanti malam ia akan bermain bersama Abinya tercinta,Seorang Abi yang terbaik terbaik walau dicap teroris…

Jakarta, 24 September 2009
Prasidya Ilvan Yahdi
“Balada Resah Adinda”

Senja Kala Itu

Posted: Juni 26, 2010 in Uncategorized



Setangkai bunga melati jatuh dari pucuknya
diterbangkan angin senja kala itu

Dari pelataran taman ia termenung
kadang-kadang layang-layang terbang terlalu rendah
walau demikian tak dapat pula ia menggapainya

Senja ini tak sama dengan senja-senja sebelumnya
Pendaran hangat Cahaya teduh matahari sore
menyentuh ruang hampa kalbu rindu

Lelah ia berjelaga,

Demi masa yang selalu bersamanya,
Demi perkamen-perkamen suci yang keluar dari setiap helaan nafasnya,
dan demi cincin yang melingkar di jari manisnya

Ini bukan saatnya !!
Dari pelataran taman senja kala itu, ia berjanji
kalau ia tak akan pergi
walau surya telah tenggelam dan berganti malam